Minggu, 16 Oktober 2011

modus dan format pelayanan konseling


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Konselor adalah pendidik, demikianlah penegasan yang termaktub dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dengan diakuinya secaara legalitas tentang profesi konselor sebagai pendidik, maka pembangunan karakter pendidik yang professional bagi konselor mutlak harus dilakukan oleh konselor.
            Sebagai profesi yang professional, konselor harus memahami dan bekerja sesuai dengan objek praktis spesifiknya, yaitu pengembangan KES dan penanganan KES-T. Objek praktis spesifik tersebut dilaksanakan dalam modus pelayanan konseling yang professional, dengan memperhatikan prinsip, asas, tehnik dan pendekatan yang benar dan ilmiah.
            Berkenaan dengan pelaksanaan OPS tersebut, maka pemahaman akan modus dan format pelaksanaan pelayanan konseling harus dikuasai oleh konselor yang professional.  Dengan pelayanan yang menggunakan modus dan format pelayanan yang benar, maka akan menhasilkan pelayanan yang baik, efektif, efisien dan mampu mencerminkan keprofesionalan konselor dan layanannnya.
            Modus dan format pelaksaanaan pelayanan konseling mencakup berbagai hal, yaitu:
1.      Pendekatan pelaksanaan pelayanan
Mencakup didalamnya berbagai pendekatan dan tahapan dalam kemampuan melaksanakan pendekatan tersebut.
2.      Tehnik Konseling
3.      Jenis layanan
4.      Kegiatan Pendukung
5.      Standar Prosedur operasional
6.      Format layanan
Berbagai modus dan format pelayanan tersebut, harus dikuasai oleh konselor yang professional. Sehingga benar-benar akan menghasilkan layanan konseling yang bermartabat dan layanan yang profesional




















BAB II
PEMBAHASAN

            Dengan pengakuan yang jelas tentang keprofesian Konselor dalam dunia pendidikan, yang termaktub dalam UU sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, yang menegaskan Konselor adalah pendidik, seperti guru, dosen, pamong belajar, widiyaswara, tutor, instruktur, dan fasilitator, maka konselor harus mempunyai spesifikasi dalam layanan profesionalnya.
            Bentuk professional layanan konselor dalam pendidikan menggunakan modus yang berbeda dengan pendidik lainnya ( guru). JIka guru  mempunyai objek praktis spesifik dalam mengembangkan PMP (penguasaan materi pelajaran)dan penanganan PMP-T (penguasaan materi pelajaran yang terganggu) dengan modus pengajaran mata pelajaran, maka dengan spesifik objekpraktisnya yaitu pengembangan KES ( Kehidupan Efektif Sehari-hari) dan penanganan KES –T (Kehidupan Efektif Sehari-hari yang terganngu)  yang dilakukan melalui modus layanan konseling.
A.    Pendekatan Pelaksanaan Pelayanan Konseling
Secara praktis, modus pelayanan konseling yang professional harus menggunaka kaidah tentng orientasi, fungsi, prinsip, dan asas dan landasan pelaksanaan konseling. Sehingga pelaksaaan layanan konseling akan menghasilkan layanan yang professional, dan menampakan kekhususan dengan profesi pendidik lainnya.

Modus pelayanan konseling, secara umum diwarnai dengan tiga pendekatan , yaitu :
1.      Pendekatan direktif
Pendekatan directive , konselor cenderung lebih aktif dalam memberikan pengarahan langsung kepada klien yang dilayani berkenaan dengan pengembangan KES dan penanganan KES –T. Menurut Williamson dan Darley dalam ( Prayitno, 2004) pendekatan ini berasumsi klien tidak dapat mengatasi sendiri masalah yang dialaminya,. Konseling direktif sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
2.      Pendekatan non direktif
Dalam pendekatan non direktif, konselor mendorong klien yang dilayani untuk benar-benar aktif. Subjrk diupayakan untuk dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir, merasa, dan bertindak berkenaan dengan materi yang dibahas dalam layanan konseling. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa sesorang yang mempunyai masalah pada dasarnya mempunyai potensi dan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Peranan utama konselor dalam pendekatan nondirektif adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal dengan dengan jalan mengembangkan hubungan konseling yang hangat dan permisif.
3.      Pendekatan ekletik
Pendekatan eklektik berangkat dari adanya keunggulan dan kelemahan pendekatan direktif dan non direktif.  Penerapan pendekatan eklektik merupakan bentuk kecerdasan konselor professional untuk menegakkan dan mengangkat segenap kelebihan dari kedua pendeklatan tersebut dan mengeliminir kelemahannya  dalam pelaksanaan layanan konseling.
Penggunaan konseling eklektik mencerminkan tingkat keprofesionalan dari konselor. Penyelenggaraan konseling dengan pendekatan eklektik memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai pendekatan/teori konseling dengan berbagai teknologinya, dan berusaha memilih dan  menerapkan sebagian atau satu kesatuan teori  yang satu  dan/atau  yang lainnya  beserta teknologinya sesuai dengan permasalahan klien. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendekatan eklektik dalam penyelenggaraan konseling,konselor harus memahamikapan menggunakan/tidak menggunakan teori atau pendekatan tertentu dengan teknologinya.
                Selain pendekatan umum tersebut diatas, dalam penyelenggaraan layanan konseling telah banyak dikembangkan pendekatan-pendekatan khusus, antara lain:
1.      Konseling Psikoanalisis klasik (Freud)
Konseling psikoanalisis klasik merupakan pendekatan dalam konseling yang berorientasi membawa hal-hal yang tidak disadari oleh subjek yang dilayani kedalam kesadarannya dalam rangka menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya. Psikoanalisis dapat diartikan sebagai analisa kejiwaan.
Model pendekatan konseling psikoanalis klasik memandang tingkah laku manusia didasarkan tiga asumi yang dapt mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu:
a.       Dasar kepribadian terbentuk pada usia lima tahun pertama (Litama), kemudian periode tenang, dan aktif kembali paa periode remaja (adolesen)
b.      Pada setiap periode perkembangan ada vari bagian tubuh tertentu yang menjadi pusat kepuasan diri
Tehnik dasar
a.       Asosiasi bebas (asbas): Memberikan kesempatan seluas-luasnya  dan sebebas2nya kepada klien untuk mengemukakan/mengungkapkan apa yang teras, terpikirkan, teringat, dan ada pada dirinya
b.      Transferensi (trans) : Mengarahkan perasaan-perasaannya ( yang tertekan) kepada ko dengan mengandaikan ko itu adalah subjek yang menyebabkan perasaan tertekan itu.
c.       Interprestasi : membawaw klien memahami dan menghadapi dunia nyata, melalui pemikiran yang objektif.

2.      Konseling Ego (Adler, Jung, Fromm)
Mengutamakan fungsi ego yang merupakan energy psikologikal individu,, sehingga fungsi ego subjek yang dilayani menjadi lebih kuat. Tujuan utama konseling ego adalah membantu klien membangun identitas ego; memperluas dan memperkuat berfungsinya system ego pada diri klien. Pendekatan konseling ego lebig terpusat kepada:
a.       ranah kognitif daripada konatif.

b.      Tingkah laku sekarang daripada yang sudah berlalu
c.       Hubungan klien dengan situasi nyata yang menyebabkan kesulitan

3.      Konseling Psikologi Individual (Addler)
Konseling Psikologi Individual hendak membantu subjek yang dilayani  mengubah konsep tentang dirinya dan mengoreksi persepsi yang salah tentang lingkungannya, serta mengembangkan tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai melalui tingkah laku baru. Konseling Psikologi Individual memandang manusia tidak semata-mata bertujuan memmuaskan dorongan dorongannya ; tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan :
a.       Tanggungjawab social
b.      Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu
Tujuan Konseling Psikologi Individual adalah membantu klien mengubah konsep tentang dirinya sendiri; 1) menstrukturkan dan menyadari ls (life style) klien, 2) mengurangi penilaian negative tentang diri sendiri dan perasaan inferiornya

4.      Konseling Analisis Transaksional (Berne)
Pendekatan Konseling Analisis Transaksional bertujuan memperkokoh peran dan fungsi ego state adult (dewasa) secara optimal subjek yang dilayani. Konseling Analisis Transaksional dilaksanakan melalui prosedur kelompok, atas dasar kontrak klien dan konselor
Proses konseling melalui tahap-tahap:
a)      Analsis struktur; membantu klien  memahami struktur ego satate-nya sendiri
b)      Analisis transaksional; membantu klien memahami transaksi yang hendaknya dikembangkan dalam berkomunikasi dengan orang lain
c)      Analisis game ; konselor menginterprestasikan game yang dilakukan klien dan mengkonfirmasikannya
d)     Analsis script; mendalami dan menanalis life script klien




5.      Konseling Self (Rogers)
Konseling Self bertujuan hendak membantu subjek yang dilayani memilki kedirian (self)  yang lebih matang untuk mampu mewujudkan diri sendiri ( self actualization). 
Pandangan Konseling Self tentang manusia adalah:
a)      Manusia adalah rasional, tersosialisaikan, dan dapat menentukna nasibmya sendiri
b)      Dalam kondis yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan menjadi individu yang positif dan konstruktif
Tujuan utama daroi pendekatan Konseling Self pada dasrnya adalah ; a) klien sendiri yang menentukan tujuan konseling , b) membantu klirn menjadi lebih matang dan kembali melakukan self-actualization (SA) dengan menghilangkan hambatan-hambatanya. Secara khusus tujuan dari Konseling Self adalah membebaskan klien dari kungkungan tingkah laku (yang dipelajarinya) salami ini, yang semuanya itu membuat dirinya palsu dan terganggu dalam SA

6.      Konseling Gestalt (Perls)
Asumsi dasar dasar dalam pendekatan Konseling Gestalt adalah:
a.       Manusia membentuk  suatu “keseluruhan yang berarti’ dari fenomena lingkungannya.
b.      Kejadian dalam lapangan fenomental dapat dibedakan antara ground dan figure (GF)
c.       Suatu fenomena menjadi figure tergantung pada kebutuhan individu
d.      Arti yang diberikan kepad figure tergantung pada penghayatan individu terhadap ground-nya
e.       Kesadaran individu terhadap lapangan fenomenalnya akan emempengaruhi ketepatan persepsi dan tingkahlakunya.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut, maka pendekatan konseling Gestalt bertujuan hendak mendorong pengemabnagn prilaku subjek yang dilayani menurut prinsip-prinsip Gestalt.
Tujuan utama dari Konseling Gestalt adalah :
a.       Membangun integritas kepribadin
b.      Mengentaskan individu dari kondisi yang tergantung pada pertimbangan orang lain kemengatur diri sendiri (to be true to himself)
c.       “Integrasi tidak pernah sempurna”; kematangan tidak pernah penuh. Hal ini merupakan proses yang berlangsug terus, tak pernah berhenti
d.      Meningkatkan kesadaran individual; individu dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt—Semua situasi bermasalah “unfunished business”  (UB) yang muncul, dan selalu akan muncul, dapat diatasi dengan baik.

7.      Konseling Behavioral (Skinners)
Konseling Behavioral bertujuan hendak mendorong pengembangan prilkau subjek yang dilayani  menurut rinsip-prinsip belajar dan pembiasaan. Pendekatan ini merujuk dari pendapat bahwa tingkah laku dipelajari ketka individu berinteraksi denganlingkunganya melalui hokum-hukum belajar;10 pembiasaan klasik (PK), 2) pembiasan operan (PO) dan peniruan (PI).
Tehnik Konseling Behavioral didasarkan pada penghapusan respon  yang telah dipelajari (yang membentuk tingkahlaku) terhadap perangsang , dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.


8.      Konseling Realitas (Glasser)
Konseling Realitas  Pendekatan digunakan dengan tujuan hendak mendorong pengembangan perilaku subjek yang dilayani menurut pilar 3R; Right, Responsibility, dan Reality.
Konseling Realitas adalah proses yang rasional, klien harus mampu menyadari bahwa konseling tidak  mungkin membuat klien  bahagia, melainkan tingkah laku klien yang responsible ; yaitu dengan menghadapi kenyataan dan mengambil tanggung jawab atas dirinya sendiri.

9.      Konseling Rasional-Emotif(Ellis)
Konseling Rasional-Emotif bertujuan mengubah pemikiran yang tidak logis ; jika pemikiran yang tidak logis tersebut diperangimaka klien akam mengubahnya, maksudnya adalah memerangi pemikiran tidak rasional  pada diri klien yang melatar belakngi berbagai ketakutan /kecemasannya; dan menggantinya dengan pemikiran yang rasional
Tehnik yang digunakan dalam pendekatan Konseling Rasional-Emotif adalah konselor lebih bernuasa otoratif dengan menggunakan tehnik-tehnik yang bersifat langsung persuasive, sugestif, aktif, dan logis seperti pemberian nasehat, terapi kepustakaan, pelaksanaan prinsip-prinsip belajar, konfrontasi langsung---hal ini untuk mendorong klien beranjak dari pola pikir tidak rasional kerasional.

10.  Pendekatan Konseling Pancawaskita (Prayitno)
Pendekatan Konseling Pancawaskita menekankan pentingnya penggantraan gatra pada diri subjek yang dilayani. Gatra adalah sesuatu yang penuh arti; apa yang ada pada diri subjek  yang dilayani, termasuk tingkah lakunya sehari-hari dibuat menjadi penuh arti.
Pancawaskita ; kewaslitaan yang ada didalamya terkandung lima factor yang akan menjadi andalan bagi keberhasilan konseling. Waskita merupakan sifat yang terpancar dalam kiat dan kinerja yang penuh dengan keunggulan semangat disertai dengan: kecerdasan, kekuatan, keterarahan, ketelitian, dan kearfbijaksanaan.
Kewaskitaan dalam konseling akan dapat diperoelh melalui proses belajar terus menerus dan praktik lapangan dalam menangani sejumlah besar klien dengan berbagai masalah yang bervariasi.

B.     Tahap-Tahap Kemampuan Belajar Pelayanan Konseling
1.      Pragmatik
Kemampuan pragmatik dalam pelayanan konselings ekedar mengandalkan pengalaman yang pernah diperoleh tanpa mendasarkan sama sekali pada teori terrentu
2.      Dogmatik
Pelayanan konseling yang hanya mengandalkan satu teori saja untuk digunakan dala setiap pengentassan masalah/ pelayanan konseling.
3.      Sinkretik
Sinkretik adalah pelayanan konseling yang didasarkan pada banyak teori.  Bermnacam-macam teori dipelajari dan teori itu secara acak diterapkan , tanpa memelih-kilih teori mana yang tepat
4.      Eklektik
Pendekatan eklektik yaitu dengan penguasaan terhadap berbagai teori dan pendekatan konseling, mencari kelebihan dan keunggulannya dan menghindari kelemahannya dalam pelaksanaan layanan konseling
5.      Mempribadi
Pelayanan konseling dengan pendekatan ekletik telah bernuasa positif yang memancar dari diri pribadi konselor. Ciri-ciri pkonseling yang mempribadi:
a)      Penguasan yang mendalam terhadap sejumlah pendekatan/teorti konseling
b)      Kemampuan memilih dan menerapkan secara tepat pendekatan/teori beserta teknologinya untuk menangani permaslahan klien,
c)      Pemberian warna pribadi yang khas sehingga tercipta praktik konseling yang benar-benar ilmiah, tepat guna, produktif dan unik

C.    Tehnik Konseling

1.      Tehnik Umum
a.       Penerimaaan terhadap subjek yang (akan) dilayani
b.      Sikka dan jarak duduk
c.       Kontak mata
d.      Tiga M (mendengarkan dengan baik, memahami secara cermat, dan merspon secara tepat dan positif)
e.       Kontak psikologis
f.       Penstrukturan
g.      Ajakan berbicara
h.      Dorongan minimal
i.        Pertanyaan terbuka
j.        Refleksi ; isi dan perasaan
k.      Penafsiran
l.        Penyimpulan
m.    Keruntutan
n.      Strategi “ Pemfrustasian”
o.      Strategi “ tidak memaafkan”
p.      Suasana diam
q.      Transferensi dan kontra transferensi
r.        Tehnik eksperiensial
s.       Interpretasi penglaman masa lalu
t.        Asosiasi bebas


2.      Tehnik Khusus
a.       Pemberian informasi
b.      Pemberian contoh; umum dan pribadi
c.       Ajakan untuk memikirkan yang lain
d.      Perumusan tujuan
e.       Peneguha hasrat
f.       Latihan penenangan; sederhana dan penuh
g.      Desensitisasi dan sensitisasi
h.      Kursi kosong
i.        Permainanperan/dialog
j.        Latihan keluguan
k.      Latihan seksual
l.        Analisis transaksional
m.    Analisis gaya hidup
n.      Pemberian nasihat
o.      Kontrak


D.    Jenis Layanan
1.      Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah salah satu layanan yang terdapat dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk mengenalkan lingkungan dan suasana baru kepada klien.  Orientasi berarti tetapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Layanan orientasi (ORIN) berupaya “mengantarkan” individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Melalui layanan ini individu mempraktikan berbagai kesempatan untuk memahami dan mampu melakukan kontak secara konstruktif dengan berbagai elemen suasana baru tersebut.
2.      Layanan Informasi
Secara lebih jelas Prayitno (2004: 3) menjelaskan bahwa tujuan khusus pemberian layanan informasi peserta didik memahami informasi dengan berbagai seluk beluknya sebagai isi layanan. Penguasaan informasi tersebut dapat digunakan untuk pemecahan masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya); untuk mencegah timbulnya masalah; untuk mengembangkan dan memelihara potensi yang ada; dan untuk memungkinkan peserta yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.
3.      Layanan Penempatan dan Penyaluran
Prayitno (2004),  penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. .
Tujuan umum layanan penempatan dan penyaluran sebagaimana yang dikemukakan oleh Prayitno dalam layanan penempatan dan penyaluran (2004: 3) adalah diperolehnya tempat yang sesuai bagi individu untuk pengembangan potensi dirinya.
Sedangkan tujuan khusus layanan penempatan dan penyaluran dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang diemban oleh layanan ini, yakni fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pengembangan dan pemeliharaan, serta fungsi advokasi.

4.      Layanan Penguasaan Konten
Prayitno (2004: 2) mengatakan dalam Layanan penguasan konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada individu (pribadi atau kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar..
Prayitno (2004: 2-3) menjelaskan tujuan umum diberikannya layanan ini adalah dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan  dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi permasalahannya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif (effective daily living).
5.      Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan menurut Prayitno (2004: 1) merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor atau Konselor sekolah terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien dan perkembangan dirinya. Konseling perorangan merupakan ‘jantung hati’ layanan bimbingan dan konseling. Hal ini disebabkan oleh konseling perorangan merupakan kunci dari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Kemampuan konselor dalam menguasai teknik-teknik konseling perorangan mempermudahnya dalam menjalankan proses bimbingan dan konseling. Proses konseling perorangan merupakan suatu hubungan yang tercipta antara konselor dengan klien demi mencapai tujuan yang diharapkan.
6.      Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok
Prayitno (2004 : 310) menyatakan bahwa : kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah  pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok.
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Sedangkan layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
Senada dengan penjelasan di atas, Prayitno dalam Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok, (2004: 1) menjelaskan bahwa :
BKp  dan KKp  mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam BKp dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan dalam KKp dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bnawah bimbingan pemimpin kelompok (konselor).

7.      Layanan Konsultasi
Prayitno dalam Layanan Konsultasi (2004: 1) menjelaskan bahwa:
Layanan konsultasi merupakan layanan yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan, disebut konsulti yang memungkinkan konsulti  memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan/atau permasalahan pihak ketiga. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti-konsulti itu menghendakinya.

Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi dan/atau permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga  itu (setidak-tidaknya) sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti. Konsulti bisa saja orang tua, guru, wali kelas, teman akrab dan saudara dekat lainnya.


8.      Layanan Mediasi
Mediasi berasal dari kata “media” yang berarti perantara atau penghubung. Dengan demikian mediasi berarti kegiatan yang mengantarai atau menghubungkan dua hal yang semula terpisah; menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda; mengadakan kontak sehingga dua hal yang semula tidak sama menjadi saling terkait.
Prayitno dalam Layanan Mediasi (2004:1) menjelaskan bahwa layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling berhadapan, saling bertentangan, saling bermusuhan. Pihak-pihak yang bertentangan itu jauh dari rasa damai, bahkan mungkin berkehendak saling menghancurkan. Keadaan yang seperti itu akan merugikan kedua belah pihak (atau lebih).
Kegiatan pendukung yang terdiri dari 6 Kegiatan Pendukung antara lain:
a.      Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan data dari peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen baik tes maupun non tes.
b.      Himpunan Data
Yaitu kegiatan yang menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, konferensi, terpadu dan bersifat rahasia.
c.       Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan yang membahas permasalahan-permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data


d.      Kunjungan Rumah.
Yaitu kegiatan yang memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskan masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua, dan atau keluarganya.
e.       Tampilan Kepustakaan
Yaitu kegiatan yang menyediakan berbagai bahan bacaan di pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam mengembangkan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar dan karir / jabatan.
f.        Alih Tangan Kasus
Yaitu kegiatan untuk memudahkan penanganan masalah peserta didik kepihak lain sesuai dengan keahlian dan bidangnya.

E.     Standar Prosedur Operasional
SPO untuk tiap jenis layanan adalah apa yang disebut “prosedur lima-an” yaitu:
1.      Pengantaran
2.      Penjajagan
3.      Penafsiran
4.      Pembinaan
5.      Penilaian

F.     Format Layanan
Format layanan dalam pelayanan konseling yaitu:
1.      Format individual
2.      Format kelompok
3.      Format klasikal
4.      Format lapangan
5.      Format kolaboratif
6.      Format jarak jauh

Format individual, kelompok, dan klasikal terkait dengan jumlah subjek yang dilayani serta tempat/dan suasana pelayanan. Sedangkan format lapangan, kolaboratif, dan  jarak jauh menyangkut lingkup wilayan layanan dan peran pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Format lapangan melibatkan sejumlah hal dilapangan, baik yang bersifat lingkungan fisik maupun sosial –kebudayaan. Format kolaboratif memerankan pihak diluar subjek yang dilayani dan konselor, dengan harapan pihak-pihak yang dimaksud itu dapat memfasilitasi pengembangan KES dan penanganan KES –T subjek yang dilayani. Format jarak jauh diselenggarakan dengan menggunakan sarana komunikasi jarak jauh












BAB III
KESIMPULAN

            Berdasarkan pembahasan tentang modus dan format pelaksanaan pelayanan konseling, dapat disimpulkan anatar lain:
1.      Layanan konseling yang professional harus menerapkan modus dan format pelayanan secara baik, tepat, dan sesuai dengan permasalahan/ kondisi subjek yang dilayani.
2.      Penerapan atau penggunaan pendekatan, tehnik, dan format layanan harus memperhatikan kondisi klien, permasalahan, dan tujuan dari layanan yang dilaksanakan
3.      Dari berbagai pendekatan yang ada dalam pelaksanaan layanan konseling, pendekatan eklektik merupakan  pendekatan yang bisa menunjukan keprofesionalan konselor, karena dengan pendekatan eklektik, konselor menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan permaslahan yang dihadapi, dan lebih mengedepankan keunggulan dari berbagai pendekatan yang ada.







DAFTAR PUSTAKA

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

----------------------------. 1998. Konseling PANCAWAKITA. Kerangka Konseling Eklektik. Padang. IKIP Padang

---------------------------. 2010. Modul Pendididikan Profesi Guru. Modul Kedua. Padang : UNP Press

-------------------------. 2009. Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP Press

Taufik. 2009. Model-Model Konseling. Padang; UNP Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar